Senin, 05 Desember 2011

Cerpen


TARIAN HUJAN

            Hujan menapakkan lagi kakinya di bumi siang ini. Denting kaki hujan yang menyentuh permukaan bumi menciptakan bunyi yang merdu. Aku selalu bermimpi untuk ikut menari bersama mereka. Tetapi yang bisa aku lakukan hanya menikmatinya dari balik jendela kamarku dan mengabadikannya dalam lukisan. Aku pun mulai menggoreskan cat di atas kanvas putih di hadapanku. Sesaat kemudian kamu datang dan duduk di sofa yang ada di sudut kamar ini. Aku tahu sedari tadi kamu hanya memperhatikanku melukis. Cermin disampingku memantulkan apa yang kamu lakukan. Entah apa yang kamu pikirkan setiap kali aku melukis tarian kaki-kaki kecil hujan.
            Aku masih sibuk menyelesaikan lukisanku saat kamu beranjak dari tempat dudukmu dan berjalan keluar. Tarian hujan sudah benar-benar berhenti saat lukisanku selesai. Aroma tanah basah menyapa indera penciumanku saat aku membuka jendela di hadapanku. Udara segar segera menyergap tubuhku. Kupejamkan mataku untuk merasakannya lebih dalam. Aku melihatmu masuk saat aku membuka mataku. Kamu membawa sebuah nampan yang berisi satu gelas penuh air putih dan pil-pil kecil warna-warni.
***

Kelanjutan cerpen di atas dapat dibaca di buku kumpulan cerpen Sketsa Pelangi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar